MENJADIKAN KEMATIAN SEBAGAI SEBUAH NASIHAT UNTUK MENJALANI HIDUP YANG LEBIH BAIK
Manusia adalah
makhluk yang terus-menerus berusaha memahami diri mereka, orang lain,
lingkungan, dan Tuhan. Mereka mencari tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai
yang memberikan arti pada eksistensi mereka. Pemaknaan adalah usaha individu
untuk menyadari keberadaannya melalui interaksi timbal balik dengan orang lain
atau objek di luar diri. Dengan demikian, manusia dapat menemukan pemahaman dan
nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan. Individu yang merasa hidupnya
berarti berjuang untuk nilai-nilai yang mendasar dan penuh dengan pengalaman
positif saat berinteraksi dengan sesama dan lingkungan. Oleh karena itu,
kehidupan manusia tidak hanya sekadar ada, melainkan berfungsi untuk memberikan
arti pada kehidupannya.
Membicarakan kematian tidak selalu
memberikan rasa tenang. Memikirkan tentang kematian bisa memicu pemberontakan
batin terkait kesadaran bahwa hidup pasti akan berakhir. Memahami kenyataan
kematian bukanlah hal yang gampang. Hal ini sesuai dengan sifat dasar manusia
yang ingin tetap dalam zona nyaman dan menghindari berbagai penderitaan. Di
sisi lain, manusia cenderung melihat kematian sebagai suatu kutukan ketimbang
berkah. Pandangan yang sempit tentang kematian membuatnya tampak sebagai musuh
hidup yang harus dijauhi dan ditaklukkan. Kematian sering kali dianggap sebagai
sesuatu yang perlu dihindari. Banyak orang enggan merenungkan kematian karena
dapat menimbulkan rasa sakit. (Mulyatno, 2023:17-25)
Dalam Islam, mengingat kematian
adalah hal yang sangat dianjurkan. Melawat orang yang sakit, mendampingi orang
yang sekarat, serta terlibat dalam pengurusan jenazah seperti mandi, melakukan
salat jenazah, mengantar jenazah, talqin, dan tahlil, semuanya dapat
mendekatkan diri kepada pengingat kematian. Oleh karena itu, persiapan untuk
menghadapi Tuhan harus dilakukan dengan baik.
Kematian adalah suatu kepastian
sesuai dengan takdir Ilahi. Mengenai takdir kematian, Allah SWT berfirman:
وَٱللَّهُ
خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍۢ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍۢ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَٰجًۭا ۚ وَمَا
تَحْمِلُ مِنْ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِۦ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍۢ
وَلَا يُنقَصُ مِنْ عُمُرِهِۦٓ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ
يَسِيرٌۭ
“Dan Allah
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari (setitis) air benih, kemudian ia
menjadikan kamu berpasangan (lelaki dan perempuan). Dan tiada mengandung
seseorang perempuan, (juga seekor betina), dan tidak pula satu-satunya
melahirkan (anak yang dikandungnya) melainkan dengan keadaan yang diketahui
Allah. Dan tidak diberikan seseorang berumur panjang, juga tidak dijadikan
seseorang pendek umurnya, melainkan ada kadarnya di dalam Kitab Ilahi.
Sesungguhnya yang demikian itu mudah sahaja kepada Allah.” (Surah Faatir : Ayat 11)
Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah
menciptakan manusia dari tanah, kemudian dari setetes air benih yaitu mani,
lalu Dia membuat manusia itu menjadi berpasangan, antara laki-laki (Nabi Adam
a.s.) dan perempuan (Hawa). Tidak ada seorang perempuan (atau hewan betina)
yang mengandung, dan tidak semua makhluk melahirkan anak dari apa yang
dikandungnya, kecuali dalam pengetahuan Allah mengenai segala sesuatu, mulai
dari proses kehamilan hingga jenis kelamin dan kelahirannya. Allah juga
menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang diberikan umur panjang atau pendek,
kecuali menurut ketentuan yang sudah diketahui-Nya, dan hal ini merupakan
urusan yang sangat mudah bagi Allah SWT.
Allah SWT. mengingatkan kita tentang
keduniaan dan kepentingan hidup akhirat. Firman Allah SWT. yang artinya: “Dan
(ingatlah bahwa) kehidupan dunia ini (meliputi segala kesenangan dan
kemewahannya, jika dinilaikan dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah
ibarat hiburan dan permainan; dan sesungguhnya negeri akhirat itu adalah
kehidupan yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui (hakikat ini
tentulah mereka tidak akan melupakan hari akhirat”. (Surah Al-‘Ankabut : Ayat
64)
Dalam ayat ini, Allah mengingatkan
bahwa kehidupan di dunia penuh dengan berbagai kenikmatan dan kemewahan, tetapi
jika dibandingkan dengan keistimewaan kehidupan di Akhirat, hal tersebut hanya
dapat dilihat sebagai mainan dan hiburan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa dalam
pandangan Islam, kehidupan di Akhirat adalah kehidupan yang sejati. Allah juga
menjelaskan bahwa jika seseorang memahami kebenaran dan nilai yang dimiliki
Akhirat, pasti orang tersebut tidak akan melupakan kehidupan setelah mati dan akan
lebih memperbanyak amal baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah.
Setiap Muslim seharusnya
memperbanyak amal baik sebagai persiapan untuk menghadap mati. Dalam
firman Allah SWT.
ٱلْمَالُ
وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَـٰقِيَـٰتُ ٱلصَّـٰلِحَـٰتُ
خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًۭا وَخَيْرٌ أَمَلًۭا
“Harta benda dan anak pinak itu,
ialah perhiasan hidup di dunia; dan amal soleh yang kekal faedahnya itu lebih
baik pada sisi Tuhanmu sebagai pahala balasan, dan lebih baik sebagai asas yang
memberi harapan”. (Surah Al-Kahfi: 46)
Allah menyatakan dalam ayat ini
bahwa amal-amal baik yang berkelanjutan manfaatnya lebih dihargai di
hadapan-Nya sebagai ganjaran, dan lebih berharga sebagai landasan yang
memberikan harapan bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu, kita perlu
senantiasa mengingat kematian agar kita termasuk dalam golongan yang baik dan
mempersiapkan diri dengan baik sebelum berjumpa Allah Yang Maha Agung.
Kehidupan di dunia, yang penuh dengan kesenangan dan kemewahan, jika dibandingkan
dengan keistimewaan kehidupan di akhirat, bagaikan perbedaan antara langit dan
bumi. Allah menggambarkan dunia ini sebagai hiburan dan permainan. Dalam
pandangan Islam, kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sejati. Allah juga
menjelaskan bahwa jika manusia menyadari kebenaran dan keistimewaan ini, pasti
mereka tidak akan melupakan hari akhirat dan akan memperbanyak amal soleh
sebagaimana diperintahkan oleh Allah sebelum ajal menjemput.
Comments
Post a Comment